Prodi akuntansi Unpad, major kuliah saya ambil. Agustus 2009 dimulai dan selesai oktober 2013. Empat tahun lewat beberapa bulan. Tulisan ini ingin sekedar sharing tentang pengalaman pribadi saja, semoga bisa menjadi ibroh bagi rekan-rekan semua.
Setelah menempuh bangku kuliah 3,5 tahun, akhirnya saya dapat mengambil sks skripsi. Tak lama mengajukan judul penelitian yang alhamdulillah langsung di approve. Pengaruh dewan pengawas syariah terhadap kepatuhan syariah, itulah judul penelitian saya. Bulan mei baru melakukan sidang Kolokium, dan dilanjutkan dengan mencari data. Subjek penelitian saya adalah perbankan syariah yang ada di jakarta. Dengan memaksakan diri pada awal-awal ramadhan saya berangkat kejakarta, dengan modal google map dan ongkos, meluncur ke jakarta. Saat itu adalah pertamakalinya saya berangkat kejakarta seorang diri. Hanya bertahan satu hari di jakarta, hari kedua keok dan langsung pulang ke bandung dan di vonis gejala DBD.
Kursi meja di kamar, perpustakaan, mcD, menjadi tempat-tempat yang biasanya sy ngetik. Sebenarnya mudah, hanya malasnya itu. Sekeras apapun upaya kita tetap banyak hal-hal yang bagi kita uncontrolable. Dosen pembimbing, pengambilan data, birokrasi kampus, urusan yang lainnya, banyak faktor yang berpengaruh. BenarLah bahwa setelah kita berikhtiar semaksimal mungkin, tahap selanjutnya adalah tawaqal.
Skripsi ini mengajarkan saya untuk fokus, berkorban, sabar, upaya, konsisten, dewasa, dan bertanggung jawab. Bukan sebatas bagaimana skripsi selesai dan mendapat nilai A ketika sidang akhir. Ini bicara tanggung jawab.
Apaaih sebnarnya arti gelar S.E, gelar sarjana, sehingga mau sebegitu keras berjuang untuk mendapatkannya? Bagi saya gelar ini hanya perantara saja. Karna pada kenyataannya banyak orang bergelar namun tidak ada arti dari gelar tersebut. Bagi saya, gelar ini hanya untuk membuka sebuah kesempatan. Kita tidak akan bisa berkata berhasil atau gagal ketika kesempatan berbuat tidak ada
Saya rasa zaman ini seolah menuntut kita untuk memiliki status pendidikan. Status pendidikan inilah yang menjadi standar awal dalam mengukur kemampuan diri. Jika tidak kita upayakan memiliki pendidikan yang tinggi, maka banyak kesempatan yang akan hilang. Peluang berkarir, spesialisasi kemampuan, pekerjaan, dan status sosial kita akan ada pada posisi yang tidak baik. Walaupun benar bahwa bukan lah pandangan orang lain terhadap kita atau gengsi jika tidak memiliki status sosial yang kita kejar, bukan bermaksud riya atau meremehkan orang lain, bukan pula mematok bahwa rizky itu harus dengan berpendidikan. Tidak. Hanya ini sebuah upaya yang saya ikhtiarkan agar bisa menjalani kehidupan yang lebih baik.
Bisa kita lihat secara realita bahwa orang-orang yang putus pendidikan atau tidak sekolah, mereka hanya memiliki kemampuan yang terbatas, pengetahuan yang sempit, dan kesempatan yang sangat kecil untuk bisa hidup layak. Inilah yang saya ikhtiarkan agar tidak demikian, kita harus memiliki kemampuan yang banyak, pemikiran yang mendunia, kesempatan yang luas, dan kehidupan yang cukup.
Sebagai sarjana pertama di keluarga, ini sebuah kehormatan bagi saya. Harapan saya bisa memberikan manfaat bagi keluarga lebih banyak dan kepada lingkungan sekitar dengan adanya kesempatan ini. Baiknya, kesempatan ini dimanfaatkan untuk kehidupan yang lebih baik, untuk karya yang lebih baik, untuk perjuangan yang lebih optimal.
Entah akan seperti apa pertanggungjawaban di akhirat kelak berkaitan dengan kesempatan ini. Karna saya tau bahwa banyak orang yang tidak berkesempatan atau memiliki peluang yang sama. Semoga kebaikan senantiasa bersama kita semua.
Congrats sudah S.E. :) Masih berniat silaturahmi ke Ciamis? Yuk :)
BalasHapus