link menu

Kamis, 10 November 2011

perbuatan dan harapan

Kita pernah berbuat sesuatu pekerjaan dalam rangka untuk memenuhi tujuan kita, seprti belajar, bekerja, berlibur, dan sebagainya.
Dalam perbuatan yang kita lakukan itu ternyata orang lainpun sama melakukannya, saya ambil contoh, ada dua orang yang sama berkuliah. Dalam kegiatan yang dilakukannya sama, mereka duduk di kelas mendengar kan dosen, mengerjakan tugas membuat makalah, mengikuti praktikum, ikut ujian, skripsi dan lulus.
Dapat dilihat bahwa perbuatan mereka sama, namun bagaimana dengan tujuan mereka berkuliah?
Tentunya tujuan dari mereka berbeda, mungkin orang pertama hanya ingin memenuhi tuntutan keluarga yang semua keluarganya adalah sarjana, dan yang lainnya ingin menjadi seorang dosen dalam bidang yang diminatinya.
Sehingga apa kesimpulannya? Benar, kesimpulannya adalah bahwa pada saat kita melakukan pekerjaan yang sama, ternyata harapannya dapat berbeda, kemuliaan seseorang ditentukan oleh pengharapan dari pekerjaan yang di lakukannya apakah ia beharap kepada sesuatu yang kecil atau sebaliknya.
Orang yang berbuat pekerjaannya benar adalah orang yang memiliki pengharapan atau tujuan dari perbuatan yang dilakukannya benar.
“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An-nisa :104)
Sebuah ayat al-quran yang jelas menggambarkan bahwa perbuatan kita bisa sama, namun apakah kita mengharapkan “sesuatu” dari yang kita kerjakan?

menutup aurat wanita, menundukan pandangan laki-laki.

Hamper setiap hari saya keluar rumah ke kampus , biasa dengan sepeda motor supraX yang belum lama ini selalu menemani perjalanan kemanapun yang menggantikan sepeda Everbest (goes mang..) berwarna merah yang selalu di pakai kemanapun sewaktu SMA dulu. Perjalanan keluar rumah kadang ditemani dengan sinar matahari pagi atau oleh udara dingin yang membuat menggigil di motor, kadang juga jadi basah kuyup kehujanan padahal sudah pakai yang namanya jas hujan, tapi tetap saja tembus (ada yang tau jas hujan yang tidak tembus???). Perjalanan dari rumah menuju kampus UNPAD Dipatiukur cukup lumayan sekitar 45 menit kalau tidak macet. kadang juga hanya 30 menit, serasa kerasukan valentino rossi aja gitu. Rumah saya yang terletak di Kabupaten Bandung Selatan yang dimana harus menyebrang ke arah Bandung Utara. Dan selama beberapa waktu ini saya memperoleh suatu temuan dalam tiap perjalanan yang saya lalui.
Semakin hari semakin saya pahami bahwa jalanan bagi sebagian orang seperti Track moto GP, apalagi di jalan buahbatu yang pada pagi hari hanya satu arah saja atau jalan merdeka setelah BIP. Orang-orang tersebut selalu menggunakan motor dengan sedikit mendekatkan kepala kearah stang, knalpot berisik (mohon maaf tidak bermaksud menyindir) dan membawa seenak hati mereka sambil menggerung-gerungkan¬ motor mereka. Sedikit yang menarik dengan orang-orang ini adalah apabila ada orang yang sedikit memacu kendaraannya lebih cepat wuiss mereka langsung membalap seakan posisi nomor satu mereka telah direbut, mereka merasa bahwa dialah yang harus mencapai garis finish terlebih dahulu.
Ada sebagian orang lagi yang saya sering lihat di jalanan adalah orang yang senang melanggar aturan selama tidak ada yang liat (polisi). Mereka seakan anak-anak yang bermain di depan rumah saja, melakukan sesuatu yang melanggar namun orang tua tidak mengetahui sehingga tidak ada masalah, sewaktu orang tua mengetahui dan memberikan hukman barulah ia menangis. Kelompok orang ini akan menjalankan aturan hanya jika ada yang mengawasi, selama tidaka ada yang mengawasi maka mereka berbuat sesukanya saja dan parahnya lagi mereka tidak memperhatikan keselamatan orang lain. Banyak kejadian pelangaran yang saya lihat adalah perempatan Buahbatu - Soekarno Hatta, para pengendara motor bahkan sampai mengambil lajur yang berlawanan arah. Jika diperhatikan ternyata ada orang yang mengikuti langkah sesat mereka. setelah orang itu menyimpang, eh,, ada yang mengikuti (PEHATIAN : yang buruk jangan di tiru) orang yang salah tersebut, tidak habis piker bagai mana orang yang berbuat salah masih saja ada yang mengikuti, mungkin mereka berkata, “ga apa salah juga, asal ada temen salahnya” hehehe…
Ow.. Masih ada lagi ternyata, ada sekelompok orang yang tidak sabaran, mereka membunyikan klakson dimana saat lampu merah menyala (orang yang aneh..), selalu sulap-selip di antra celah mobil dan motor (orang yang opportunis selalu mengambil kesempatan dalam kesempitan.. hehe), dan yang pasti mereka tidak mau antre. Pernah suatu kejadian sewaktu mau wudhu di mesjid kampus, orang-orang sedang asik menunggu antrean dan saya adalah orang giliran berikutnya, tiba-tiba datang seseorang dengan lempeng melalui antrean dan mengambil “posisi panas” yang sedang ditunggu orang-orang (ckckckck… ternyata tidak di jalanan semua ya…). Suatu poin penting dalam hal ini adalah apakah kesabaran dan rasa saling menghormati sudah tidak adalagi? (terlepas dari yang dalam kondisi darurat mereka berbuat seperti itu, hanya Allah yang tau) padahal jalan raya adalah barang umum (public goods sebutan Mr.samuelson). hmm..hmm… (kata orang yang berinisial FA, ^_^)
Ada pula pengguna jalan yang dimana sangat sering kita lihat di kota bandung ini, yang tiap jalan besar pasti dapat kita lihat, benar, yaitu Angkot (mohon maaf, tidak bermaksud menggeneralisir hanya oknum saja yang melakukan). Sebuah pernyataan yang pantas untuk mereka adalah “hanya Allah dan si sopirlah yang tau”. Mereka tidak akan dapat tertebak bagai mana cara mereka menjalankan mobil, kapan mereka berhenti, kapan mereka berbelok, kapan mereka menyalip, kapan mereka menambah kecepatan, sulit tertebak. Banyaknya ketidak disiplinan mereka tidak sedikit menyebabkan kemacetan di beberapa tempat, misalnya di perempatan jalan kopo dan SoekarnoHatta.
Keberadaan Trotoar di samping jalan tentunya sudah kita ketahui sejak duduk di bagku SD, bahwa trotoar di peruntukan bagi pejalan kaki,dan ternyata saat ini dipergunakan juga untuk sepeda motor (membuat aturan sendiri, Luar biasa). Walau pun saya sama-sama pengguna motor, tetapi dengan melihat hal seperti itu tetap saja tidak senang, sarukseuk.
Satu hal lagi yang paling penting terjadi di jalanan, yaitu para peminta-minta, pengamen, dan sebagainya. Benarlah bahwa kita di ajarkan oleh Islam untuk saling tolong menolong, namun ada sebuah papan himbauan di jalan dipatiukur yang mengatakan kurang lebih “jika anda memberi mereka, maka mereka akan tambah sengsara” (mohon maaf bila ada kesalahan redaksi, tapi kurang lebih seperti itu) sangat bertentangan sekali dengan ajaran islam. Hal ini menjadi dilemma, member mereka maka mereka semakin tidak mau berusaha, tidak memberi pun kasihan dengan keadaan mereka… (@_@ huff)
Benarlah bahwa kondisi yang demikian terjadi dalam kehidupan kita(?) sehari-hari, Keadaan ini akan semakin buruk jika kita sebagai orang berikutnya yang berbuat demikian.

renungan pengendara motor.

Hamper setiap hari saya keluar rumah ke kampus , biasa dengan sepeda motor supraX yang belum lama ini selalu menemani perjalanan kemanapun yang menggantikan sepeda Everbest (goes mang..) berwarna merah yang selalu di pakai kemanapun sewaktu SMA dulu. Perjalanan keluar rumah kadang ditemani dengan sinar matahari pagi atau oleh udara dingin yang membuat menggigil di motor, kadang juga jadi basah kuyup kehujanan padahal sudah pakai yang namanya jas hujan, tapi tetap saja tembus (ada yang tau jas hujan yang tidak tembus???). Perjalanan dari rumah menuju kampus UNPAD Dipatiukur cukup lumayan sekitar 45 menit kalau tidak macet. kadang juga hanya 30 menit, serasa kerasukan valentino rossi aja gitu. Rumah saya yang terletak di Kabupaten Bandung Selatan yang dimana harus menyebrang ke arah Bandung Utara. Dan selama beberapa waktu ini saya memperoleh suatu temuan dalam tiap perjalanan yang saya lalui.
Semakin hari semakin saya pahami bahwa jalanan bagi sebagian orang seperti Track moto GP, apalagi di jalan buahbatu yang pada pagi hari hanya satu arah saja atau jalan merdeka setelah BIP. Orang-orang tersebut selalu menggunakan motor dengan sedikit mendekatkan kepala kearah stang, knalpot berisik (mohon maaf tidak bermaksud menyindir) dan membawa seenak hati mereka sambil menggerung-gerungkan¬ motor mereka. Sedikit yang menarik dengan orang-orang ini adalah apabila ada orang yang sedikit memacu kendaraannya lebih cepat wuiss mereka langsung membalap seakan posisi nomor satu mereka telah direbut, mereka merasa bahwa dialah yang harus mencapai garis finish terlebih dahulu.
Ada sebagian orang lagi yang saya sering lihat di jalanan adalah orang yang senang melanggar aturan selama tidak ada yang liat (polisi). Mereka seakan anak-anak yang bermain di depan rumah saja, melakukan sesuatu yang melanggar namun orang tua tidak mengetahui sehingga tidak ada masalah, sewaktu orang tua mengetahui dan memberikan hukman barulah ia menangis. Kelompok orang ini akan menjalankan aturan hanya jika ada yang mengawasi, selama tidaka ada yang mengawasi maka mereka berbuat sesukanya saja dan parahnya lagi mereka tidak memperhatikan keselamatan orang lain. Banyak kejadian pelangaran yang saya lihat adalah perempatan Buahbatu - Soekarno Hatta, para pengendara motor bahkan sampai mengambil lajur yang berlawanan arah. Jika diperhatikan ternyata ada orang yang mengikuti langkah sesat mereka. setelah orang itu menyimpang, eh,, ada yang mengikuti (PEHATIAN : yang buruk jangan di tiru) orang yang salah tersebut, tidak habis piker bagai mana orang yang berbuat salah masih saja ada yang mengikuti, mungkin mereka berkata, “ga apa salah juga, asal ada temen salahnya” hehehe…
Ow.. Masih ada lagi ternyata, ada sekelompok orang yang tidak sabaran, mereka membunyikan klakson dimana saat lampu merah menyala (orang yang aneh..), selalu sulap-selip di antra celah mobil dan motor (orang yang opportunis selalu mengambil kesempatan dalam kesempitan.. hehe), dan yang pasti mereka tidak mau antre. Pernah suatu kejadian sewaktu mau wudhu di mesjid kampus, orang-orang sedang asik menunggu antrean dan saya adalah orang giliran berikutnya, tiba-tiba datang seseorang dengan lempeng melalui antrean dan mengambil “posisi panas” yang sedang ditunggu orang-orang (ckckckck… ternyata tidak di jalanan semua ya…). Suatu poin penting dalam hal ini adalah apakah kesabaran dan rasa saling menghormati sudah tidak adalagi? (terlepas dari yang dalam kondisi darurat mereka berbuat seperti itu, hanya Allah yang tau) padahal jalan raya adalah barang umum (public goods sebutan Mr.samuelson). hmm..hmm… (kata orang yang berinisial FA, ^_^)
Ada pula pengguna jalan yang dimana sangat sering kita lihat di kota bandung ini, yang tiap jalan besar pasti dapat kita lihat, benar, yaitu Angkot (mohon maaf, tidak bermaksud menggeneralisir hanya oknum saja yang melakukan). Sebuah pernyataan yang pantas untuk mereka adalah “hanya Allah dan si sopirlah yang tau”. Mereka tidak akan dapat tertebak bagai mana cara mereka menjalankan mobil, kapan mereka berhenti, kapan mereka berbelok, kapan mereka menyalip, kapan mereka menambah kecepatan, sulit tertebak. Banyaknya ketidak disiplinan mereka tidak sedikit menyebabkan kemacetan di beberapa tempat, misalnya di perempatan jalan kopo dan SoekarnoHatta.
Keberadaan Trotoar di samping jalan tentunya sudah kita ketahui sejak duduk di bagku SD, bahwa trotoar di peruntukan bagi pejalan kaki,dan ternyata saat ini dipergunakan juga untuk sepeda motor (membuat aturan sendiri, Luar biasa). Walau pun saya sama-sama pengguna motor, tetapi dengan melihat hal seperti itu tetap saja tidak senang, sarukseuk.
Satu hal lagi yang paling penting terjadi di jalanan, yaitu para peminta-minta, pengamen, dan sebagainya. Benarlah bahwa kita di ajarkan oleh Islam untuk saling tolong menolong, namun ada sebuah papan himbauan di jalan dipatiukur yang mengatakan kurang lebih “jika anda memberi mereka, maka mereka akan tambah sengsara” (mohon maaf bila ada kesalahan redaksi, tapi kurang lebih seperti itu) sangat bertentangan sekali dengan ajaran islam. Hal ini menjadi dilemma, member mereka maka mereka semakin tidak mau berusaha, tidak memberi pun kasihan dengan keadaan mereka… (@_@ huff)
Benarlah bahwa kondisi yang demikian terjadi dalam kehidupan kita(?) sehari-hari, Keadaan ini akan semakin buruk jika kita sebagai orang berikutnya yang berbuat demikian.