Saat itu kembali merenung. Sambil berdiskusi dengan kawan-kawan membicarakan satu impian. Bicara kehidupan ini banyak sekali pendapat orang. Kadang menurut A bahwa perbuatan Z itu bagus, kadang kata B profesi X itu palin ideal dan banyak lagi.
Memiliki rekan yang memang berkecimpung di dunia sosiopreneur, satu istilah yang saat ini sedang populer, yaitu mengembangkan potensi suatu desa atau masyarakat untuk bisa memajukan perekonomian mereka dan juga menguntungkan untuk si pengusaha. Hal yang menariknya mereka memiliki kepedulian terhadap masyarakat, mereka mempunyai cita-cita untuk membantu masyarakat dan juga tanpa meminta-minta kepada pihak lain. Memberi manfaat, khoirunnas anfa'uhum linnaas, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain.
Orang menilai keberhasilan atau prestasi seseorang biasanya dari materi, memiliki rumah, mobil, atau bekerja di perusahaan bonafide. Disisi lain melihat dari jabatan politik, apakah dia anggota dewan, pejabat kecamatan, pejabat militer, atau pejabat partai politik. sisi lainnya orang melihat prestasi ada pada seberapa manfaat seseorang, menjadi guru/dosen, relawan komunitas, aktivis sosial, bahkan relawan yang tak menerima bayaran.
Idealisme lah yang mendorong seseorang berbuat. Layaknya baju yang ada di lemari, berbagai macam jenis, warna dan modelnya tentu kita akan memilih salah satu dari baju itu ketika akan keuar rumah, begitupun idealisme. Banyaknya ideal-ideal di luar sana, tentu kita memiliki idealisme yang kita pilih. Hal itulah yang akan menimbulkan gesekan.
Masa mahasiswa orang bilang adalah masa-masa idealis, segala sesuatu harus sesuai dengan semestinya, say no to korupsi, say no to nepotisme, say no to suap, say no to lobby-lobby, say no to money politic, itu katanya idealisme mahasiswa, pasca kampus? Dunia ini keras bung, idealis ga akan di terima direalita. Demikian katanya.
Sekelompok orang idealis itu lah yang akan tersisih dari orang-orang yg berganti idealismenya. Orang bisa berubah, 3 tahun cukup untuk merubah seseorang, bahkan beberapa jam pun mampu mengubah seseorang. Apakah salah berubah dari idealis menjadi realistis? Saya hanya akan berpendapat ketika itu salah, jangan diikuti.
Memegang teguh satu idealisme di tengah arus mainstream tentu tidak mudah, akan banyak gesekan bahkan benturan-benturan yang terjadi, tapi disitulah seseorang bisa membanggakan dirinya. Pendapat orang lain kan berbeda, mungkin disebut freak, gila, tidak normal, teroris, atau apapun, tapi kami layak menyebut ini adalah prestasi, prestasi kami dalam mempertahankan idealisme, kami berharga karna kami memegang idealisme kami.
Antimainstream, harga kami, prestasi kami, hanya kami, tuhan, dan yang memahamilah yang mampu mengerti.
“Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoan kami; dan Allah maha penyantun kepada hamba-hamba -Nya..” (Al-baqarah :207)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar