Beberapa teman sekarang tampak sibuk dengan obrolan ini. Cukup banyak. Membicarakan jodoh dan keluarga. Sedikit ingin mengeluarkan isi kepala tentang hal ini kedalam tulisan, semoga bisa bermanfaat.
Pasangan
Seperti yang kita ketahui, bahwa pasangan hidup Allah ciptakan untuk mententramkan hati pasangan satunya. Layaknya Adam yang dahulu diciptakan pertama kali, ia merasa kesepian dan meminta diciptakan pendamping. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagai pendamping Adam saat itu seperti yang terceritakan dalam Q.S .....
Sebuah fitrah jika manusia menginginkan adanya pasangan hidup, adanya kekasih hidup yang akan mendampingi selalu. Beberapa kisah tentang padangan hidup yang terceritakan dalam sejarah seperti romantisme romeo dan juliet, kisah percintaan laila majnun, kisah habbibi dan ainun, dan masih banyak lagi kisah yang menceritakan tentang pasangan hidup. Lagu-lagu yang bernafaskan cinta pun jumlahnya melimpah. Film-film, iklan-iklan, banyak sekali. Entah mengapa hal ini seolah menjadi konsumsi kita setiap harinya yang mungkin akan menimbulkan dampak tertentu.
Terceritakan kisah siti sarah, istri dari nabi ibrahim yang sangat setia menemani nabi ibrahim, ketika beliau berjuang, ketika beliau menginginkan keturunan, sampai kerelaan siti sarah dalam melepaskan suami tercintanya untuk menikah lagi agar memiliki keturunan. Kisah khadijah, dengan penuh pengertian beliau menyiapkan bekal untuk muhammad dalam ber “uzlah” di gua hira, senantiasa mendampingi ketika penduduk mekkah memusuhi beliau ketika diangkat menjadi rasul, mengorbankan harta untuk mendukung perjuangan demi tersebarnya islam di muka bumi. Saling menguatkan, begitulah kisah pasangan hidup nabi ibrahim dan rasul muhammad.
Tidak lupa pula kita tentang kisah firaun, seorang yang mengatakan “Ana rabbukumu a'la” “Aku adalah rabb mu yang paling tinggi” Seseorang yang terceritakan simbol dari satu kedzaliman, kesesatan, dan musuh dari tauhid, memiliki seorang istri yang shalehah. Siti asiah. Seorang shalihah yang mengabdi kepada Allah ditambah Yang dengan takdir Allah, beliau membesarkan Nabi Musa as, yang akhirnya tumbuh menjadi musuh besar dari Ayah tirinya, firaun. Seorang istri sholehah dari seorang suami yang Allah murkai. Begitupun istri nabi Nuh As, seorang ulul azmi, yang ternyata tidak mampu mengajak keluarganya dalam mengikuti jalan islam, istrinya dan anaknya merupakan orang yang tertinggal. Kisah ini memberikan pelajaran bahwa tidak ada yang dapat menjamin bahwa pasangan seorng rasul pun akan baik, dan tidak juga pasangan seorng thoghut akan buruk. Tidak ada jaminan.
Visi dan cita-cita
Perbedaan adalah rahmat. Dalam artian kita tidak mampu menyamakan segala hal dengan satu hal yang seragam. Namun berbeda dengan visi. Visi merupakan satu hal yang ingin dicapai. Visi inilah yang menjadikan perbuatan seseorang bisa bernilai.
Perbedaan visi akan mengakibatkan perpecahan. Dualisme yang menyebabkan bentrok kepentingan antara satu pihak dengan pihak lain. Hal ini akan berdampak kepada kedua visi tersebut yang akhirnya akan tidak terlaksana keduanya. Ketidak satuan ini yang akan menghancurkan atau destruktif.
Berbeda ketika kesamaan visi, apapun perbedaan lainnya maka akan muncul toleransi, rasa saling sayang dan menerima, keinginan untuk saling membangun dalam mencapai visi bersama.
Conclusion
Hahaha... Ini sangat ideal sekali ya. Entah seperti apa jodoh yang akan Allah pasangkan dengan kita kelak. Tapi satu keyakinan saya bahwa Allah maha tau apa kebutuhan kita, Allah maha tau perbuatan kita, Allah juga lah yang tau siapa yang layak untuk menjadi pasangan kita. Bagaimana dengan keinginan kita yang ingin dengan seseorang yang kita kagumi? Haha.. Ya hanya berusaha memantaskan diri saja semoga Allah menjodohkan dengand dia, kalo bukan jodoh? Ya semoga Allah menjodohkan. #doamaksa
Mohon maaf tulisan ini mengandung sotoy tingkat tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar