link menu

Selasa, 24 Desember 2013

Manusia setengah

Pertanyaan yang mungkin sering manusia ungkapkan adalah tujuan manusia hidup itu untuk apa?, dari mana awalnya manusia ini?, seperti apa proses perkembangan manusia ini? Dan banyak lagi pertanyaan dalam kepala saya.

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya” Q.S At-Tin : 4

Mahluk unik dengan berdiri tegak diatas dua kaki, memiliki kemampuan berkomunikasi dan kemampuan berfikir dan berkembang. Konon katanya bahwa manusia berasal dari kera. Proses evolusi yang lama mengubah kera primitif menjadi bentuk yang sempurna menjadi manusia yg dikenal dengan homo sapiens. Teori evolusi sebuah konsep dunia barat yang berusaha menjawab asal muasal dari adanya manusia. Konon kera yang merupakan kerabat manusia, memiliki jumlah kromosom yang sama, volume otak yang relatif lebih kecil, dan penampakan fisiologis yang memang ada kemiripan. Benarkah manusia berasal dari proses evolusi kera?
Bukan pembahasan teori evolusi yang akan saya share dalam tulisan ini, melainkan sifat dan karakter hewan dan manusia. Hewan adalah mahluk hidup yang Allah ciptakan tentu dengan fungsi dan kemaksudan tertentu, demikian juga manusia, Allah menciptakannya dengan maksud dan tujuan tertentu. Dalam diri manusia terdapat sifat-sifat yang tidak berbeda dengan binatang. Mencari Makan, minum, berkembang biak, berjalan, melihat, menjalani kehidupannya. Teringat sebuah pernyataan dari seorang tokoh ulama, Buya HAMKA, “jika hidup sekedar hidup, babi pun hidup, jika hidup sekedar bekerja, kera pun bekerja”. Seseorang yang menjalani kehidupannya hanya sebatas hidup tidak ada bedanya sama sekali dengan binatang. Seorang filisuf berpendapat bahwa manusia adalah hewan yang memiliki budaya. Yang berarti pada dasarnya manusia adalah hewan, kemudian ia memiliki satu pola kebiasaan yang akhirnya menjadi satu budaya yang membedakan dirinya dengan hewan. 

Adam A.s yang diyakini sebagai manusia pertama oleh kaum beragama samawi, memiliki pendapat yang berbeda. Manusia adalah sosok yang mulia yang diciptakan tuhan dengan segala kemampuan yang bisa dikembangkan, namun seiring dengan perbuatannya manusia bisa jatuh kepada kondisi yang lebih hina, yaitu seperti binatang. Kondisi itu disebabkan manusia diberi satu kelebihan akal dibandingkan hewan yang tidak diberikan akal. Akal ini akan berfungsi untuk dapat memahami hal-hal yang ada disekitarnya, memahami tujuan hidup dirinya, memahami diri dan potensinya yang telah tuhan berikan. 

Pernahkah anda berfikir betapa kayanya diri kita ini? Memiliki mata yang kemampuan fokusnya lebih hebat dibandingkan kamera DSLR, telinga yang mampu mendengar, memiliki jari sebanyak lima di masing-masing bagiannya, dan semua itu telah tuhan berikan secara gratis, tanpa pernah kita mengajukan permintaan atau proposal. Lalu apa kaitannya? Berbagai macam pemberian tuhan ini tentu memiliki fungsi dan cara kerjanya masing-masing, mari kita kaitkan antara potensi dari fungsi-fungsi yang kita miliki, akal yang berguna untuk memahami kondisi dan memilah memilih, serta adanya manusia yang seperti hewan. 

***

Akal kita akan bekerja untuk memahami apa maksud dari tuhan menciptakan potensi ini, dengan demikian kita memahami bahwa ada tujuan yang lebih tinggi dari sebatas fungsinya yang digunakan oleh binatang. Ayam mungkin makan-makanan itu-itu saja, kambing pasti makannya rumput, sedang manusia memiliki akal yang mampu mengolah hal tersebut, ia akan mencari mana makanan yang mampu memberikan manfaat yang lebih banyak. Melihat kaki, bukan hanya sebatas digunakan berjalan, ternyata bisa juga digunakan untuk menggoes sepeda, dan lain sebagainya. Akal mampu diajak berfikir untuk hal yang lebih. Akal ini sangatlah istimewa, pemberian tuhan yang tiada terukur nilainya. 

Ada satu posisi yang lebih tinggi lagi dari seorang yang menggunakan akalnya hanya untuk membedakan dirinya dengan hewan, yaitu ketika seseorang menggunakan akalnya untuk memahami ciptaan-ciptaan tuhan. Akalnya digunakan untuk mengenali tuhan, memahami hakikat dari hidup. Posisi dirinya sudah lebih dari sekedar manusia, melainkan sebagai seorang hamba. 

Hamba akan merasakan bahwa dirinya lemah, bahwa tuhan lah yang lebih hebat, lebih kuat, dan hanya kepada-Nya lah tempat bergantung. Semakin digunakannya akal maka akan semakin memahamkan dirinya tentang esensi hidup. Pernahkah anda bayangkan bagaimana penciptaan lagit dan bumi? Gunung gunung yan menjulang tinggi? Berbagai unsur yang ada di tebel periodik? Berbagai pola yang ada pada sifat benda-benda? Mungkinkah kebetulan terjadi? Tentu tidak bukan. Apa buktinya bahwa semua itu terjdi tidak kebetulan? Nih, siapkan satu tempat sampah atau keranjang, lalu masukan berbagai benda yang ada di sekitar anda, kemudian kocok/aduk keranjang itu dan keluarkan, apakah jadi benda baru? Unsur baru? Atau satu benda yang memiliki keteraturan? Boro-boro, malah berantakan yang ada bukan. Jelaslah bahwa apa yang ada di dunia ini dengan segala perhitungannya telah diciptakan oleh Tuhan, ia berbeda dengan mahluknya, tidak terikat ruang dan waktu, dan akan kekal abadi. 

“Dialah Allah yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnyapada yang demikian itulah terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Q.S 13:3)

*** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar