Sebuah diskusi sederhana terjadi ketika masa penyembelihan hewan qurban. Diskusi berbumbu curhat tepatnya. Sebut saja obrolan ini dengan nama tile (nama disamarkan). Obrolan yang beberapa waktu ini memang menjadi perhatian khusus di usia dan lingkungan saya.
Obrolan disini adalah mengenai dua hal, yaitu bicara karir dan jodoh. Masa” kuliah yang akan segera berakhir menjadikan dunia pasca kampus seolah sudah ada di depan mata. Pekerjaan dan rizki pernah saya tulis juga di blog ini silahkan cek. Kegalauan pasti akan bertemu ketika memilih pekerjaan yang lokasi pekerjaan cukup jauh dan harus meninggalkan amanah yang ada di bandung. Bentrokan pun terjadi ketika pekerjaan yang akan dilakukan berbeda dengan ekspektasi kita selama ini. Ya obrolan sederhana itu mengingatkan saya untuk tidak perlu khawatir terhadap rizky Allah. Apapun profesinya, apapun pekerjaannya, jangan membatasi rizky kita pada profesi atau studi kita.
Obrolan berikutnya membicarakan hal yang sangat in buat kita-kita, yaitu jodoh. Ya secara kita berdua memang sedang dalam kondisi mengagumi seseorang, jd nyambung oge. Diawali dari tujuan menikah untuk apa obrolan dimulai, berbagai analogi muncul, 1+1 =3 yang berarti menikah bersifat konstruktif, bukan destruktif, menyatukan dua kekuatan untuk menjadi lebih baik lagi. Atau bisa jadi menikah yang bersifat destruktif, 1+1 =0, itu yang tidak diinginkan. Bagaimana kedua hal itu bisa terjadi? Saya menyebutnya dengan kesamaan visi. Visi ini lah yang akan menentukan keberlangsungan rumah tangga. Visi besar yang kedua pihak haruslah paham dan setuju.
Obrolan berlanjut membahas kriteria yang seperti apa istri itu? Tidak dipungkiri beberapa waktu memang memikirkan hal ini juga, tentang kriteria. Dan yang muncul disini ada dua pilihan. Pilihan pertama adalah memilih dengan rasa, yang artinya kita kagum, suka, nyaman, dan sebagainya dengan calon pasangan. Pilihan kedua adalah melihat dari visi, cita-cita, aktivitas dan sebagainya.
Kenapa kita membicarakan hal ini? Karna saya sepakat bahwa dalam memilih ini bukanlah hal yang sederhana, ia akan menjadi orang yang kita lihat saat bangun tidur, orang yang akan menemani keseharian sampai nanti, orang yang akan mendengarkan cerita-cerita kita, orang yang akan memberikan pertimbangan ketika ditanya pendapat, dan orang yang akan menjadi ibu dari Anak-anak.
Tapi bukan itu poin besar dari tulisan ini. Karir dan jodoh. Sering sekali kita mengkhawatirkan dua hal ini, padahal hal ini sudah dijamin oleh Allah SWT. Rizki dan jodoh sudah Allah tetapkan sejak kita belum lahir kedunia ini, ditambah satu hal lagi yang sudah Allah tetapkan yaitu kematian.
Betapa lalainya kita jika kita tidak mengkhawatirkan prihal hari pertanggung jawaban di akhirat kelak. Mati hanya menjadi gerbang untuk menuju kehidupan selanjutnya. Lantas sejauh mana persiapan kita untuk menghadapi hal itu?
Berbeda dengan rizki dan jodoh, konsekuensi yang ditimbulkan dari takdir kematian adalah pertanggung jawaban. Akan diminta juga pertanggung jawaban atas rizky, atas pasangan, atas keluarga, atas usia hidup didunia, dan atas amanah Allah yang telah menjadikan kita sebagai kholifah di muka bumi.
Mengutip satu ayat al-quran
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya Taqwa, dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan muslim” (Q.s al imran : 102)
Memastikan bahwa saat ketetapan Allah datang kita dalam keadaan berislam, bertakwa dengan sebenar-benarnya.
Semoga kita tidak lupa terhadap kematian, karna sebaik-baik nasihat adalah kematian. Semoga kita tidak di pusingkan, tidak galau, tidak khawatir terhadap jodoh dan rizky kita. Aminn..
Memang kita sering terlalu lebay menyikapi jodoh dan rizky (harta, tahta dan sieta terlalu banyak menyita waktu hidup kita). Sementara lalai mempersiapkan kematian, yang katanya kematian itu adalah sesuatu yg kita yakini. (Kitaa?? saya maksudnya) #tobaatt ;-(
BalasHapusJadi inget surat At-Takaatsur :)
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin...."
Lanjutkan :-b
Tulisannya keren pengingat 1 dari sekian..
terimakasih sudah berkunjung teh mia... masukan dan kritiknya sangat di nanti. :)
Hapus