Jumat 16 agustus, rencana pendakian sudah di setting untuk mendaki gunung papandayan. Pendakian kali ini berbeda, komposisi tim kaliini totaly berbeda dari yang biasanya. Rombongan kali ini yang hanya 5 orang menjadikan perjalanan ini relatif mudah, garut yang dekat juga menjadikan kita bisa hemat biaya dengan membawa motor dari bandung. Aris teman fossei dan sekaligus mahasiswa upi, arif mahasiswa upi juga yang sy sudah bertemu beberapakali di beberapa event, tomy satu cowo yang baru kenalan yg ternyata satu almamater, d fkg dia dan anjar teman saya dari ITS yg aslinya orng bdg namun merantau ke surabaya.
Seminggu sebelumnya, saya melihat gunung papandayan ini pada saat menuju bungbulang, puncaknya yang selalu tertutup seolah berkata "kamu belum layak untuk melihat puncak ku" ya.. Akhirnya kali ini bisa juga di daki ini gunung. Ingin mengungkap apa yang ia sembunyikan di balik awan dan kabut itu.
Jumat pagi kita berencana berangkat, jam 9 janjian dan ternyata baru bisa kumpul menjelang jam 11 siang. Sy emang sedang ada urusan dulu di kampus jadi aga terlambat. Janjian di indomart cileunyi dan kita langsung saja jalan karna mengejar waktu shalat jumat di garut. Kita shalat jumat jadinya d mesjid besar leles, dan menyempatkan makan siang dan beli bekal dulu d nasipadang yang zonk bgt harganya. Duhh.. Sekitar pukul 3 sore kita sampai di pos awal pendakian camp david setelah membayar biaya masuk d gerbang depan. Titip motor dan daftar untuk pendakian akhirnya kita siap jalan jam 4sore. Hahaha.. Di luar ekspektasi kita sih naik jam 4 sore itu.
Kondisi gunung papandayan saat itu terlihat cukup ramai ketika di davidcamp, urutan no 60 waktu registrasi. Mulai jalan pertama melewati kawah gunung papandayan, ya.. Gunung ini kawah dulu yang kita lewati, jika di ciremai atau di gede kawah itu terakhir alias puncaknya, diaini beda ternyata. Jalan yang bebatuan khas, bau belerang yang cukup menyengat dan keindahan tebing" gunung menjadi pmandangan awal yang menghilangkan rasa cape perjalanan. Keren bangett...
Semburan asap dari dalam kawah tampak mengepul ke langit, suara didihan air di rongga rongga gunung terdengar di beberapa daerah dekat kawah. Setelah kawah terus berjalan akhirnya menemukan rerumputan dan tebing, ketemu sungai dan lanjut terus sampai menemukan pertigaan lawang angin katanya. Disini ada warung registrasi entah apakah ini legal atau tidak dengan memungut sumbangan juga. Ke kiri mengarah kepada pondok saladah, sedang ke kanan adalah pondok goberhood. Pondok goberhood ini berada d tebing yang disitu langsung menghadap ke timur menghadap gunung cikurai dan tempat yang sangat baik untuk melihat sunrise. Awalnya kita ga tau ini nama tempatnya apa, karena tanya" ke warung ga jelas, tanya pendaki lain ga jelas, seolah siapa yang berbohong sini. Kita sudah mengeluarkan tenda ketika d goberhood, tapi kita packing lagi dan pindah langsung ke pondok saladah. Tepat magrib hari kita sampai d saladah melihat banyak sekali tenda tenda yang sudah didirikan di tempat ini. saladah adalah satu lapangan rumput yang sangat luas, yang mau lari" di sini cocok bgt, yang mau guling" juga pas. cari" lapak yang asik dan kita siap mendirikan tenda.
Malam ini cukup mengecewakan. Awan cukup banyak terlihat di langit papandayan. Cahaya bulan purnama pun tampak sedikit menjadi polusi cahaya untuk melihat bintang-bintang. Apa daya, tidak lama deh melihat bintang" d langit. Dengan binokuler baru, sempat juga melihat bulan purnama yang lebih besar karna bantuan alat ini. Tapi ada hiburan lain, ramainya pendaki yang bercanda saling sahut menyahut, "hahahaha yeeee.." Suara rombongan cewe ribut" d saladah, langsung d sambut cowo" se lapangan dengan godaan godaan, "wooooo...", "yiihaaaa", "bisa jadi bisa jadi." Sahut menyahut antar tenda menjadikan senyum" aja, dan sesekali ikut teriak juga.. Hehehe..
Sunrise terlihat lebih jelas d pondok goberhood. Setelah salat subuh d tenda, langsung tancap menuju sisi timur gunung ini. Penampakan matahari yang tidak terlalu jelas karna tertutup hamparan awan membuat sedikit kecewa. Dari puncak timur ini juga tampak puncak gunung cikurai yang kokoh berdiri. Tidak lama melihat sunrise ini, kembali ke tenda untuk sarapan terlebih dahulu yang kemudian di lanjut dengan upacara bendera.
"Yang mau ikut upacara, merapat ke lapang tengah" terikan seorang pendaki yg akhirnya jadi protokoler upacara.
Semua berkumpul untuk mengikuti upacara bendera, tidak seperti biasanya upacara kali ini berbentuk kotak mengelilingi tiang bendera, tanpa ada barisan yang cukup rapih dan banyaknya reporter dadakan yang membawa kamera dan video recorder. Upacara pun dimulai.
Protokoler memangil pemimpin upacara, si abah dengan syal batik sunda diikatkan di kepala menjadi pimpinan upacara. Dan ternyata,,, pembina upacara belum ada.. Nah loh.. "Sok saha we maju sok.." Teriakan dr kerumunan peserta upacara, suntrungkeun we aris sama saya teh. Dia jadi pembina upacara hahaha.. Koboy euy.
Pengibaran bendera dilakukan tiga orang pengibar bendera. diiringi lagu indonesia raya dan penghormatan dr peserta upacara, bendera di kerek sampai atas. tampaknya pengibar bendera masih smp Belum rapih pelaksanaannya, tapi tidak jadi masalah. :) setelah pengibaran bendera, sambutan pembina upacara. "Untuk perhatian, istirahat d tempat.. Grak" dengan lantang si abah meneriakan istirahat d tempat. Serempak semuanya... Duduk. "Calik..calik.." "Istirahat di tenda we" wkwkwk gubrak lah ni upacara.. Kocak bener.
Sambutan selesai, di lanjut pembacaan naskah proklamasi, wuih.. Ini lebih koboi lagi. Hahaha. Kocak dah. Upacara d akhiri dengan pembacaan doa, lalu bubar jalan. Hahaha.. Masing" kembali ke tenda.
Simpulan sederhana saya adalah, mungkin ini adalah alaminya kita manusia indonesia dalam memperingati kemerdekaan, bebas berekspresi di alam, bebas berpendapat, bebas memilih, dan bebas menjaga. Ini mungkin bentuk cinta kepada tanah air, kami melindungi gunung tercinta ini.
***
Selesai sarapan, beberes dikit, langsung siap berjalan menuju puncak. Pondok saladah yang saat itu sedang si penuhi tenda" pra pendaki, dan edelweis yang tersebar d sekitar saladah menjadi pemandangan awal persiapan pendakian. Jalur sungai yang tim kita lewati, cukup menantang, jalan berbatu dan cukup tinggi, sekitar 20-30 menit nanjaknya.
Setelah tanjakan sungai ini kita menemukan edelweis, banyakkk sekali. Seperti biasa paling ga tahan sama foto". Hahaha. Disini kita juga ketemu rombongan sealmamater, unpad fisip. Lukman cs. Dan akhirnya kita jalan bareng deh. Menuju puncak papandayan, tegal alun. Setelah lewat jalan beredelweis, lewat hutan" dan akhirnya sampai di tegal alun, lapangan luas dengan banyak edelweis mengelilinginyal. Sayangnya jalan menuju tempat ini tidak terlalu jelas karna ga ada petunjuk arah jalan, mungkin karna gunungnya santai sih ya. Entah,
Istirahat sambil ngopi" tenggo dan malkis abon, sambil ngobrol tentang canghegar yang bikin ngakak kita saling kenal kenalan deh, hehehe..
Destinasi berikutnya adalah hutan mati, jalan beberapa menit, dr tegal alun itu memasuki hutan-hutan lagi, cukup terjal untuk turunnya, apalagi naik. Hehe. Ketemu rombongan yang lain, banyak beud,,, para senior (Re:berusia) pun pada naik dan kuat kuat, begitu juga bocah" yang ikut mereka.
Bberapa menit barulah sampai di hutan mati, gersang, panas, dan.. Mati. Kehebatan wedus gembel papandayan meninggalkan jejak, hutan yang mati, jalur" lahar, bebatuan vulkanik. Hutan mati ini ukurannya sangat luas sekali. Kita jalan sampe ujung hutan mati yang nyambung dengan kawah, setelah itu balik lagi deh ke saladah, ke tenda. Makan dan packing lanjut aja turun ke pos david, sekitar 1,5 jam perjalanan sudah sampai lagi. Santai sekali pendakian kali ini.
Setiap pendakian seharusnya mendekatkan diri kita kepada sang pencipta untuk terus dapat bersyukur. Mari lindungi dan lestarikan Alam ini, momen kemerdekaan ini haruslah menjadikan kita benar" menjadi pribadi yang bebas untuk bersyukur dan ber tafakur.
Salam lestari..