link menu

Minggu, 04 Agustus 2013

Move on is your choice, but....

Pernah berpindah merek dari satu barang favorit anda? Pernah mungkin ya, bisa jadi alasannya karna merek sebelumnya tidak bagus, atau sempat ada cacat di produknya yang menjadikan anda tidak puas sehingga berpindah mereklah. Merek kedua ini bisa jadi atas rekomendasi teman anda, atau pengalaman anda sendiri mencoba merek tersebut. Hal wajarkah? Sangat wajar saya rasa. Saya pun sempat kecewa dengan beberapa merek yang pernah sy beli dan memutuskan untuk tidak membeli produk dari merek tersebut, dan berpindah deh ke merek sebelah yang relatif lebih bagus dari trademarknya. 

Pindah ini disebut moveon mungkin ya, kenapa pindah? Pasti ada satu alasan. Sy merasa alasan atau argumen adalah satu hal yang jelas harus ada. Keberadaannya menjelaskan perbuatan dan sikap kita. Entah, dalam beberapa hari ini terjadi banyak sekali perubahan, saya, dia, mereka, kami, kita, lingkungan. Bagi saya mengambil satu keputusan perubahan membutuhkan alasan yang matang, kenapa? Karna kita akan berbicara komitmen. Komitmen atas perubahan yang telah kita putuskan. 

Satu ke khawatiran saya, ketika melihat beberapa perubahan yang terjadi yaitu, benarkah perubahan itu satu pilihan yang dipilih atas dasar kesadaran penuh, akal sehat, hati mantap atau sebatas emosi sesaat. Pindah dari A ke B hanya karna tidak mau di A, benci dengan A, kecewa dengan A semua keburukan A pun muncul tanpa mengetahui B. Melarikan diri itu barangkali, mencari pelarian. Atau mengetahui B itu lebih baik, teruji, berkualitas tanpa melihat lagi keburukan A, posisi memilih emosi. Melihat dari satu sisi kebaikan saja, padahal kekurangannya pun ada hanya tidak dilihat karna EMOSI yang berperan. Atau kita bisa mendudukan posisi A dan B, baik dan buruknya, dengan akal sehat dan hati mantap, bisa memutuskan untuk berada di A atau B. Sebagai pihak ke tiga boleh saja ya membandingkan, kemudian memilih.

Saya khawatir, jika pilihan-pilihan yang terjadi di dasari emosi sesaat. Karna apa? Kekecewaan akan timbul ketika tidak sesuai ekspektasi yang diharapkan, hanya akan mengulang-mengulang dan mengulang kejadian yang sejenis. Emosi... Emosi... 

Moveon, perubahan, tidak perlu dipaksakan, kenapa buru", perubahan akan datang ketika kita bisa bersikap dan sudah layak untuk "diubahkan". Mari menikmati proses ini, be positive there is something big behind this problem, yes experience to make ourself magnificence.

seperti sebuah satuan ukur (-) negatif menuju (+) positif, tentu akan ada proses melalui angka nol (0). ketika sudah di posisi nol, selamat, waktunya anda memutuskan. :)

saya menulis ini hanya sebuah kekhawatiran saja, atas emosi-emosi yang bisa jadi menjadi alasan perubahan. perubahan yang baik tidak berdasarkan emosi sesaat. mari pikirkan jangka panjang.

3 komentar:

  1. perubahan yang baik tidak berdasarkan emosi sesaat. mari pikirkan jangka panjang. => Berfikir jauh kedepan, like banget..

    BalasHapus
  2. Terimakasih ary.. :) semoga kita orang yang bisa berencana dengan baik. :))

    BalasHapus