ini sebuah cerita dari satu perjalanan yang kita lakukan di bulan juli, satu cerita tentang pendakian gunung yang kita lakukan bersama. inilah komposisi tim kami dalam perjalanan :
Pesona gunung merbabu.
Ecang, veteran Ciremai yang kali ini ikut lagi bareng
rombongan kita untuk mendaki. Parasnya yang polos tidak menunjukan bahwa
dirinya adalah orang yang sangat humoris
Mia odenx, BP ISEG yang merangkap sebagai bagian Existensi
Eforest yang bertugas untuk foto-foto. Kali ini setelah sekian lama tidak
nanjak ia ikut juga. Dengan berbagai perlengkapan barunya yang serba biru kita
lihat sepak terjangnya.
Radit, mahasiswa IESP yang baru pertama kali ikut rombongan
kita menunjukan sepakterjangnya dalam pendakian kali ini. Badan yang tinggi dan
besar mampu meyakinkan kami bahwa dia orang yang kuat.
Tari, akhwat alumni gunung geulis ini baru pertama ikut
mendaki dengan destinasi yang cukup jauh. Tapi dengan kepolosan dan semangatnya
apakah ia mampu membuktikan untuk bisa mencapai puncak gunung yang akan kita
tuju.
Mas gun, pujangga asal kampus sebelah yang merupakan artis
tumblr dengan begitu banyaknya pengagum dan fans-fansnya dan tampaknya sulit
sekali lepas dari gadgetnya. Satu kehormatan dapat bertemu dengan artis tumblr
yang kadang tulisannya memang sangat menyentuh dan mewakili perasaan
(orang-orang).
The annies penghuni kampus sebrang (dulu) ini berperawakan
tinggi dan tampak sangat kuat, kemampuannya dengan kegiatan Alam sudah tidak
dipertanyakan lagi. Wanita tangguh yang sudah menginjakan kaki di beberapa
puncak tertinggi di Indonesia ini berencana mengikuti Pendidikan Dasar Wanadri
(PDW) tahun depan (mau jadi apa toh kamu ni…?). ia termasuk veteran dalam
pendakian, sangat senang bisa saling kenalan
Citra, akhwat kusut yang senang mendaki ini ikut juga. Ketua
mountainering EForest ini kusut banget, dengan kondisi fisiknya yang memang
sedang dalam penyembuhan ia masih saja kekeuh untuk naik gunung. Perlu di
acungi jempol buat tekadnya yang kuat untuk bisa mendaki walau kadang keras
kepalanya itu serasa minta dijitak. Dia ini yang sering juga nemenin nanjak di
beberapa gunung yang pernah saya kunjungi, semoga masih bisa nanjak bareng lagi
ya.
Mba liya, akhwat jogja temannya mas gun, dengan logat jawa
yang khas ia ikut rombongan kita. Sempat vakum mendaki beberapa waktu kali ini
ia siap lagi untuk berkutat dengan tanah pegunungan.
Luthfi, orang pinter-pinter-kusut, dengan jokes yang khas
pria lajang dengan kapasitas otak yang encer dan pembicaraan yang berbobot ini
salah satu sepuh di EForest. Pengalamannya mendaki sudah tidak dipertanyakan
lagi, jika mendaki bareng dia maka dia adalah orang yang sangat bisa
diandalkan.
Gilang, ini saya nih, orang kece pemilik blog TAFAKUR,
pendakian kali ini saya berharap bisa sangat menyenangkan seperti biasanya.
Kerinduan untuk nanjak disela kesibukan pekerjaan di bandung harus tetap di
upayakan bisa terpenuhi. Pendakian kali ini pun harus saya bayar dengan “harga
yang mahal” tapi saya piker itu tidak masalah untuk sebuah passion dan
pembelajaran. Sesi perkenalannya cukup dulu, kita akan mulai kepada sebuah
kisah yang luar biasa, Pesona Alam gunung merbabu.
***
Perencanaan perjalanan ini sudah di wacanakan sejak bulan
mei 2014, kerinduan untuk menginjakan kaki di ketinggian dan melepas kepenatan
akan hiruk pikuk kota menjadi sebuah harapan saat itu. Awalnya saya tidak yakin
bisa ikut, karena ada pekerjaan yang memang harus diselesaikan. Pengkondisian
tim, perencanaan tanggal, dan pembuatan anggaran pun dimulai. Maklum banyak
mahasiswa dalam rombongan kami, kami harus atur-atur urusan jadwal, karena
memang masa-masa Ujian Akhir Semester. Sampai
pemesanan tiket akhirnya saya putuskan untuk ikut dengan segala konsekuensi,
membawa pekerjaan ke gunung. Hahaha.
Jumat 21 juni 2014 menjadi hari yang bersejarah bagi saya.
Hari dimana pertama kali naik kereta. Kami pergi menuju stasiun kutoarjo, kota purworejo.
Perjalanan dengan kereta kutojaya selatan ini memakan waktu 8 jam perjalanan,
kami kebagian duduk di gerbong pertama, paling depan. Kejadian lucunya adalah
kami janjian untuk ketemu di stasiun kiaracondong, setelah yang lain kumpul
ternyata dua orang belum ada, luthfi dan tari, ternyata mereka berada di
stasiun sebelah selatan, sedang kita di sebaliknya. Masalahnya adalah tiket
kita yang pegang, buru-burulah kita menjemput mereka ke sebrang kereta. Duh..
Kita di dalam kereta selama 8 jam, kereta berangkat jam
21.05. rombongan lengkap ecang, radit, tari, mia, lutfi, gun, annies, citra,
dan saya. Kita menghabiskan malam dengan ngobrol, tidur, dan aktifitas
masing-masing, sebut saja baca jurnal -_-. Bocoran, sepanjang malam Citra terus
ngoceh, ngomong terus gangguin orang - orang yang lagi tidur, buset ga ada
capenya -_-. Malam pun kita lalui di dalam kereta, beberapa stasiun kita lewati
dengan hanya mendengar suara para pedagang asongan yang menawarkan makanan,
popmie, tempe mendoa, nasi, kacang, mijon, luar biasa, dan tidak sedikit yang
berjualan itu adalah ibu-ibu yang sudah berumur, bayangkan jualan tengah malam,
masya Allah, harus banyak bersyukur lagi kita ini.
Menjelang subuh hari, kita tiba di setasiun kutoarjo,
stasiun kecil yang saat itu sudah terlihat ramai dengan orang-orang yang mau menaiki
kereta. Sejenak kami shalat dan langsung menuju luar stasiun, perut lapar kami
menyimpang ke warung soto dan Alhamdulillah masih bisa makan dengan harga yang
murah. Kemudian kita lanjut ke terminal purworejo untuk langsung meluncur ke
magelang. Sekitar 15 menitan kita sudah sampai terminal, jalan yang sepi dan
lancer, Susana yang sejuk, dan obrolan dengan bahasa jawa yang sama sekali
tidak saya mengerti. Kami naik bis mini yang ongkosnya tidak terlalu mahal
dengan waktu tempuh sekitar 2 jam estimasi kita, realitanya hanya 1 setengah
jam, buset supirnya masya Allah maa…. Sampailah kita di terminal magelang.
Terminal magelang kita istirahat sejenak dan packing ulang
untuk barang-barang yang belum masuk ke ransel, disini kita ketemu dengan satu
rombongan kita juga dari jogja, mba liya, ia sampai 20 menit setelah kita tiba
di terminal. Dengan demikian lengkaplah rombongan kita untuk menuju kaki gunung
merbabu.
Jalur wekas adalah salah satu jalur untuk menuju puncak
gunung merbabu, sekitar 1 jam dari terminal kami sampai dan langsung
melanjutkan perjalanan dari gerbang awal pendakian. Dengan gagah berani dan
ransel kita yang besar-besar kita melanjutkan dengan berjalan kaki tepat dari
gapura bawah, jalan utama. Ternyata jauh juga, untuk mencapai basecamp, perjalanan
sekitar 2 jam dari bawah Perlu kita tempuh.
Sejenak istirahat dan memperisapkan perbekalan kita siap
lanjut untuk jalan, target kita adalah untuk mencapai pos 2 sebelum malam hari
tiba. Kami berangkat setelah waktu ashar, perjalanan pun dimulai, trek
perjalanan yang saya rasa sangat enak untuk dijelajahi, pemandangan yang
menarik di tengah banyaknya pohon-pohon pinus. Perjalanan menuju pos 2 kami
estimasikan selama 3 jam saja, dan kami benar bisa sampai pos dua pada waktu
yang direncanakan yaitu waktu magrib.
Penampakan malam itu luar biasa, banyak rombongan lain yang
camp di lokasi yang sama sambil mendirikan tenda, ada yang memasak air, kurang
lebih sama dengan rombongan kita ada juga yang leyeh-leyeh.
Singkat cerita malam itu kami segera makan tidak banyak
obrolan yang terjadi hanya sebatas perencanaan untuk menuju puncak kita akan
berangkat jam 4 dini hari. Satu hal lagi ternyata tenda kita yang tiga harus
kita bagi. Satu tenda diisi oleh para kaum hawa, satu tenda disi oleh saya dan
mas gun, dan satu tenda lagi cowo sisanya. Yelah… tidur beduaan. entah malam
ini sungguh berbeda. Tapi aku berusaha menikmati malam itu, walau terlihat
dilluar ada seorang wanita yang masih terduduk diluar sambil memandang bintang
dilangit. Ya si wanita bintang, siapapun itu.
Jreng, seperti biasa kalo waktu-waktu pendakian, pasti
rasanya malam itu lama sekali. jam 4 harus bangun pun tidak jadi masalah, karna
tidurnya ga kebo juga. Sedikit seduh-seduh minuman hangat sambil prepare buat
nanjak. Kita meninggalkan barang di dalam tenda, walau entah satu pisau eiger
punya gun tetiba menghilang entah kemana. Kita hanya membawa dua ransel berisi
minuman, snack dan medic kit.
Kita menjadi bani israil, dalam arti orang yang berjalan
malam, bukan seperti mahluk keji dan hina seperti kaum zionis yahudi. Selepas
berdoa bersama, kita susun urutan berjalan. Ini kebiasaan kita, kita selalu
jalan bersama tanpa meninggalkan satu kawan pun, “kebersamaan lebih indah dari
pada puncak” masih menjadi tagline kami. Perjalanan malam yang saat itu cukup
cerah, kita lalui dengan santai. Banyak kita jumpai dan saling salip menyalip
dengan rombongan lain. Kita terus berjalan, sayaup suara adzan subuh
berkumandang dari kejauhan terdengar, tentu sebagai seorang muslim kita tetap
tidak boleh meninggalkan kewajiban kita. Jadi tetep solat walau lagi nanjak
#muslimpendaki.
Kita shalat di lembah Antara pemancar dan jalur menuju
puncak. Setelah shalat kita lanjutkan perjalanan, sepanjang perjalanan mega
oranye sudah mulai tampak, batas hitam dan putih sudah semakin terlihat. Sejenak
kami menikmati sunrise yang tidak sempurna karna masih terhalang oleh puncak
gunung, ya kami tidak berhasil menyaksikan sunrise di puncak, hehe sayang
sekali. tapi bukan masalah. Masih ada perjalanan yang harus di lanjutkan.
Perjalanan dari xxx sampai ke puncak cukup memakan waktu, sekitar 2 jam. Kami
baru tiba di puncak syarif ketika matahari sudah cukup tinggi saat itu
menjelang pukul 7 pagi. Seperti biasa kami selalu mengambil foto sebagai anti
thesis terhadap no pic hoax, narsis memang sudah mengalir dalam darah kami
tampaknya hahaha. Tak lama di puncak kami ingin melajutkan perjalanan ke puncak
berikutnya. Nah disini, ada yang lucu, ecang ama tari dah mau mundur, mau
nyerah ga mau ikut menuju puncak berikutnya karna emang sudah lapar dan cape.
Ya apa boleh buat, dibujuklah dengan iming” indomie yang bisa di minta dari
pendaki lain di puncak, dan bujukan ku memang ampuh banget. Hahahaha. Walau
pada akhirnya mereka tidak mendapatkan indomie, Cuma dapet roti dan madu saja,
mayan lah ya… yang penting dapet dua puncaknya.
Perjalanan di lanjut menuju puncak kenteng songo, atau
Sembilan genting. Perjalanan tidak terlalu lama untuk mencapai sini, sekitar
20-30 menit saja, hanya kita akan dihadapkan dengan trek yang sangat menarik,
panjat tebing donk. Satu jalur yang memang dilalui dengan memanjat tebing yang
setinggi 3-4m, tapi bisa dilalui denegan berjalan menyamping juga sih, jadi
tidak perlu khawatir masih bisa dilalui meskipun dengan membawa carrier.
Kentrng song dengan mitos dan ceritanya yang cukup aneh memang sempat membuat
ku penasaran, tapi ah masa bodo, Cuma foto” aja kenteng-kentengnya itu yang
tidak sampai Sembilan jumlahnya. Duduk-duduk bentar dan ternyata masih ada satu
puncak lagi yang bisa di daki, sayang tidak semuanya ikut ke puncak ketiga,
puncak triangulasi, ni citra narsisnya minta ampun, banyakan foto dial ah.
Ckckck. Puncak triangulasi ini menurut saya adalah yang sangat menarik, karna
posisinya yang bagus langsung berhadapan dengan puncak merapi. Puncak merapi
yang penuh dengan sisa letusan beberapa waktu lalu yang sempat menggubur kota
sekitar dengan abu vulkanik, dan menewaskan kuncen mbah maridjan yang jadi
salah satu bintang iklan minuman energy. Gunung merapi terlihat begitu luar
biasa, satu wujud kegagahan dan kekuasaan tuhan dalam penciptaannya, aku
merasakan ketakutan ketika melihat dari kejauhan, entah seolah murka tuhan
terlihat dari gunung tersebut. Wallahualam.
Tidak lama kami kembali melanjutkan perjalanan untuk menuju
camp, karna memang sudah lapar juga ya turunlah kami segera. Ternyata terdapat
satu jalan alternative untuk bisa mencapai pos dua dari puncak. Jalur yang kami
lalui itu melewati kawah gunung merbabu, terdapat sumber air panas yang tidak
terlalu besar dan bau belerang yang cukup menyengat. Perjalannanya ternyata
cukup landai, dan kita keluar di persimpangan batu besar setelah pos dua. Jadi
tidak terlalu lama kita bisa kembali ke tempat camp.
Kami tiba di tempat camp menjelang tengah hari, segera
menyiapkan makan karna perut kita yang sudah sangat keroncongan dari pagi hari.
Sejenak beristirahat dulu deh. Ketika kami istirahat memang satu persatu
pendaki yang lain meninggalkan tempat camp, kami termasuk rombongan terakhir
yang meninggalkan pos2. Setelah packing dan siap jalan, ya kita berdoa untuk
segera pulang. Sekitar pukul tiga kita bergerak untuk menuju pos awal pendakian.
Perjalanan cukup cepat, menjelang magrib kami sudah tiba di
pos pendakian, walau ada dua orang kusut yang nyasar karna sotoy.. hahhaa. Tapi
alhmdulillah masih bisa balik lagi. Istirahat sebentar sambil mempersiapkan
diri untuk pulang, kali ini naik mobil bak :D. yeee. Kami naik mobil bak sampai
ke kota untuk terus melanjutkan ke kota jogja. Kisah jogja di pisah ya. J
Begitulah kisah pendakian gunung merbabu, pendakian
spektakuler selalu kami alami. Keindahan Alam ciptaan sang maha pencipta
seharusnya bisa menjadikan kita semakin dekat dengan tuhan. Salam lestari
sobat-sobat.